Ekonomi 7% RI Butuh Rp1.950 T, Prabowo Target 8% Uang

Foto: Pidato Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabumi Raka. (Tangkapan Layar Youtube)

Kebutuhan dana untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 1%-2% dari yang selama ini stagnan di kisaran 5% ternyata tidaklah sedikit. Apalagi, untuk menggapai target pertumbuhan ekonomi sesuai ambisi Presiden Terpilih Prabowo Subianto di level 8% selama lima tahun ia menduduki kursi Kepala Negara.

Ekonom senior yang juga merupakan menteri keuangan Indonesia periode 2013-2014 Chatib Basri pernah mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia ingin naik menjadi 6%-7%, maka kebutuhan investasi terhadap PDB 41%-47%. Artinya, bila PDB nominal atas dasar harga berlaku sebesar Rp 19.500 triliun, maka kebutuhan investasi tambahannya Rp 780 triliun-Rp 1.950 triliun.

“Di dalam nominal, jika PDB harga berlaku kita adalah Rp 19.500 triliun, kita membutuhkan tambahan investasi sebesar Rp 780 triliun jika ingin tumbuh 6%, atau Rp 1.950 triliun jika ingin tumbuh 7%,” tegas Chatib dalam akun instagramnya pada akhir tahun lalu, sebagaimana dikutip Selasa (23/7/2024)

Untuk memperoleh dana itu, Chatib mengatakan, Indonesia harus melakukan efisiensi. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih terbebani dengan incremental capital output ratio (ICOR) yang tinggi, yakni tambahan investasi yang dibutuhkan untuk 1% pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi. Pertumbuhan ekonomi RI pun kini stagnan di level kisaran 5%.

Level ICOR Indonesia Chatib tegaskan kini berada pada angka 6,8. Angka itu memiliki makna bahwa 1% pertumbuhan ekonomi membutuhkan tambahan rasio investasi terhadap PDB sebesar 6,8. Dengan demikian, kebutuhan investasi terhadap PDB harus semakin tinggi untuk mendorong 1% pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pemerintah juga harus mampu menaikkan rasio dari tabungan domestik bruto terhadap PDB dari yang selama ini di kisaran 37%. “Karena savings-nya lebih kecil dari investment, maka kita perlu menaikkan savings. Caranya adalah dengan menaikkan savings, meningkatkan tax ratio terhadap GDP, artinya peningkatan penerimaan pajak melalui administrative reform,” tutur Chatib.

Kedua, dia melanjutkan, pentingnya peningkatan produktivitas domestik, untuk menurunkan angka ICOR yang masih tinggi. Peningkatan produktivitas ini bisa dilakukan dengan cara efisiensi perekonomian, seperti memperbaiki kualitas SDM, hingga tata kelola pemerintahan.

Ketiga ialah memperbesar aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI). Dengan demikian, iklim investasi di Indonesia harus dijaga supaya investor menanamkan modalnya di dalam negeri untuk membuka lapangan kerja di dalam negeri dan menyerap tenaga kerja domestik

Sebagai informasi, sebetulnya Prabowo sependapat dengan Chatib. Ia mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%, dari yang selama 10 tahun terakhir stagnan di kisaran 5%, pemerintah harus akan melakukan efisiensi perekonomian, memastikan tata kelola birokrasi yang baik, dan menelurkan kebijakan-kebijakan yang masuk akal.

“Kalau saya lihat, saya sangat optimis. Kekayaan kita sangat besar, potensi kita sangat besar, tapi memang kita harus lebih efisien, kita harus kelola dengan baik, ambil kebijakan yang masuk akal,” tutur Prabowo.

“Dan kita harus bertekad untuk mitigasi kebocoran, mitigasi penyelewengan, mitigasi kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan kepentingan nasional dan kepentingan rakyat,” tegasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*